Inspirasi: Kisah Dale Schroeder dan Warisan Kebaikan

Inspirasi: Kisah Dale Schroeder dan Warisan Kebaikan

Pagi ini, saya terinspirasi oleh kisah seseorang bernama Dale Schroeder, seorang pria sederhana dari Iowa, Amerika Serikat, yang hidup sebatang kara tanpa anak maupun istri.

Alkisah, Dale adalah seorang tukang kayu yang menjalani kehidupan dengan sangat sederhana—bahkan bisa dibilang frugal living dalam istilah modern. Saking hematnya, selama hidupnya ia menabung sebagian besar dari upah hasil kerja kerasnya. Namun, di usianya yang semakin menua, ia mulai berpikir: ke mana semua uang yang ia kumpulkan akan pergi setelah ia tiada?

Hari-hari pun berlalu hingga akhirnya Dale menemukan gagasan yang ingin ia wujudkan. Ia segera mendiskusikannya dengan pengacara pribadinya. Dalam pertemuan itu, Dale mengungkapkan niatnya untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Ia ingin agar tabungannya digunakan untuk membantu mereka yang memiliki kondisi serupa dengannya—orang-orang dari keluarga kurang mampu—agar bisa berkuliah.

Dale Schroeder

Pengacaranya yang penasaran bertanya, "Berapa banyak uang yang Anda simpan?"

Dale pun menjawab dengan tenang, "$3 juta"—setara dengan Rp4,2 miliar.

Sang pengacara terkejut. Jumlah itu bukan hanya cukup untuk menyekolahkan satu orang, tetapi bisa membiayai 33 orang agar mereka bisa meraih pendidikan tinggi!

Benar saja, setelah Dale meninggal pada tahun 2005, seluruh uang yang ia simpan diberikan kepada anak-anak muda kurang mampu di kotanya. Sebanyak 33 orang berhasil menempuh pendidikan tinggi—dan kini mereka telah menjadi dokter, guru, terapis, serta profesional di berbagai bidang lainnya.

Dari kisah Dale ini, ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil. Dalam agama Islam yang saya anut, kami diajarkan untuk berbagi dan bersedekah kepada mereka yang membutuhkan. Saya cukup yakin Dale memiliki keyakinan yang berbeda dengan saya, tetapi tindakan dan kebajikannya justru melampaui banyak ajaran kebaikan yang sering didengungkan.

Dale mengajarkan kepada kita bahwa berbagi tidak membutuhkan syarat apapun—tidak harus melihat latar belakang, agama, atau mengharap balasan. Yang dibutuhkan hanyalah niat yang tulus dan ikhlas—dan biarlah Tuhan yang membalas dengan caranya sendiri.